Kamis, 26 Desember 2013

BAGAIMANA GURU MENYUSUN RPP ?

PENYUSUNAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBALAJARAN


A.    Prinsip-prinsip Penyusunan RPP
1.   Memperhatikan perbedaan individu peserta didik.
  RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2.   Mendorong partisipasi aktif peserta didik.
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, krea­tivitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
3.   Mengembangkan budaya membaca dan menulis.
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembang­kan kegemaran membaca, pemahaman beragam ba­caan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4.   Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
5.   Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, ke­giatan pembelajaran, indikator pencapaian kompeten­si, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengako­modasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
6.   Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegra­si, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

B.     Ruang Lingkup dan Komponen RPP
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan ke­giatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun  RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
Komponen RPP adalah:
1.      Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pela­jaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
2.      Kompetensi Inti
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemam­puan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
3.      Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran ter­tentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompe­tensi dalam suatu pelajaran.
4.      Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilai­an mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja opera­sional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5.      Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan ha­sil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6.      Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan pro­sedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompe­tensi.
7.      Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan un­tuk pencapaian KD dan beban belajar.
8.      Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembela­jaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemi­lihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situ­asi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/M I.
9. Kegiatan pembelajaran
a.    Pendahuluan
   Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan un­tuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b.   Inti
         Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran di­lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenang­kan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
c.    Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan un­tuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpul­an, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.
10.  Penilaian hasil belajar
                        Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kom­petensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
11.  Sumber belajar
                        Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kom­petensi.

Flowchart: Multidocument: BAB III 

IMPLEMENTASI
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Peserta didik SMK diarahkan untuk menjadi tenaga terampil yang siap terjun di dunia industri/usaha dalam bidang keahlian masing-masing. Oleh karena itu, mata diklat yang diajarkan kebanyakan merupakan mata diklat kejuruan.
Struktur kurikulum SMK 2013 terdiri dari:
1.      Kelompok A (Wajib)
2.      Kelompok B (Wajib)
3.      Kelompok C (Kejuruan), terdiri dari C1 (Dasar Bidang Keahlian), C2 (Dasar Program Keahlian), dan C3 (Paket Keahlian).

Pada struktur tersebut Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti terdapat pada Kelompok A (Wajib). Dengan demikian, PAI dan Budi Pekerti diajarkan di semua kelas/jurusan dengan jumlah jam 3 jam pelajaran perminggu. Oleh karena itu, tujuan utama pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMK adalah membentuk tenaga kerja terampil yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap Islami.
Strategi pembelajaran PAI di SMK dilakukan melalui tatap muka, kegiatan mandiri terstruktur dan mandiri tak terstruktur. Adapun pelaksanaan pembelajaran terdiri dari 3 (tiga) tahapan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup:

A.    Kegiatan Awal
Kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan menfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan pendahuluan guru, meliputi:
1.      menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran,
2.      mengkondisikan peserta didik tentang apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajarinya dan apa yang akan didapatkan sebagai hasil belajar yang akan mereka ikuti.
Kegiatan tersebut, dapat diwujudkan dalam beberapa kegiatan, antara lain: memberi salam, berdoa bersama, tadarus Al Qur’an, menjelaskan tujuan pembelajaran dan melakukan apersepsi.
B.     Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pembelajaran yang juga merupakan komponen penting dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Ada beberapa hal prinsip dalam Kurikulum 2013 yang harus diperhatikan dalam kegiatan int, yaitu:
1.   Prinsip Umum Pembelajaran dalam Kegiatan Inti
Sebelum melakukan proses pembelajaran, ada beberapa prinsip pembelajaran yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
a.    Pembelajaran berpusat pada siswa
Pada prinsip ini, siswa dipandang sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.   Setiap siswa memiliki perbedaan minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman (experience), dan cara belajar (leraning style).  Berkaitan dengan ini, kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat ajar, dan cara penilaian perlu disesuaikan dengan karakteristik siswa.[1]
Secara umum, cara belajar siswa dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu somatik, auditif, visual, dan intelektual. Cara belajar somatik adalah pola pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek gerak tubuh atau belajar dengan melakukan. Cara belajar auditif adalah cara belajar yang lebih menekankan kepada aspek pendengaran.  Siswa akan lebih cepat paham jika materi pelajaran dismpaikan lewat ceramah.
Selanjutnya, cara belajar visual adalah cara belajar yang lebih menakankan kepada aspek penglihatan. Siswa akan lebih cepat menagkap materi pelajaran jika disampaikan dengan tulisan atau gambar.  Sedangkan cara intelektual adalah cara belajar yang menekankan pada aspek penalaran melalui logika.  Siswa akan lebih mudah memahami materi jika dirancang dengan menekankan kepada aspek pemecahan masalah.[2] 
Aspek lain yang juga perlu memperoleh perhatian adalah amasalah kecerdasan siswa.  Howard Gardner menemukan apa yang disebut dengan kecerdasan ganda (multiple intellegence).  Beberapa jenis kecerdasan yang ditemukan Gardner sebagaimana dikutip oleh Harnowo.[3] Pertama, kecerdasan linguistik (cerdas kata), yaitu kemampuan untuk menggunakan kata secara efektif dan efesien, baik lisan maupun tulisa.  Kedua, kecerdasan matematis-logis (cerdas angka), yaitu kemmpuan untuk menggunakan angka dengan baik.
Ketiga, kecerdasan spasial (cerdas ruang), yaitu kemampuan untuk mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat dan mentransformasikan persepsi spasial-visual tersebut.  Keempat, kecerdasan kinestetis-jasmani (cerdas fisik), yaitu keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan.  Kelima, kecerdasan musikal (cerdas irama), yaitu kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara mempersepsi, membedakan, menggubah, dan mengekspresikan. 
Keenam,kecerdasan interpersonal (cerdas sosial), yaitu kemampuan mempersepsi dan membedakan hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain.  Ketujuh, kecerdasan intrapersonal (cerdas diri), yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.  Kedelapan, kecerdasan naturalis, yaitu keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies, baik flora maupun fauna, di lingkungan sekitar.[4]

b.    Belajar dengan Melakukan
Melakukan aktivitas adalah bentuk pernyataan diri.  Oleh karena itu, proses pembelajaran didesain sedemikian rupa yang memberikan keterlibatan peserta didik secara aktif. Dengan demikian, diharapkan peserta didik akan memperoleh harga diri dan kegembiraan. Hal ini, selaras dengan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa siswa hanya belajar 10% dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari yang dikatakan, dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan. [5]
c.    Mengembangkan kemampuan sosial
Pembelajaran juga harus diarahkan untuk mengasah individual peserta didik untuk membangun hubungan dengan pihak lain. Oleh karena itu, desain pembelajaran harus dikondisikan untuk memungkinkan peserta didik melakukan interaksi dengan peserta didik lain, guru dan masyarakat.[6]
d.   Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi dan Fitrah Bertuhan
Rasa ingin tahu (kuriositas) merupakan landasan bagi pencarian pengetahuan.  Dalam kerangka ini, kuriositas dan imajinasi harus diarahkan kepada keimanan.  Pembelajarn PAI merupakan pengejawantahan dari fitrah bertuhan manusia. [7]
e.    Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah
Tolok ukur kepandaian peserta didik banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memecahkan masalah.  Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran, perlu diciptakan situasi yang menantang kepada pemecahan masalah agar peserta didik peka, sehingga pintu ke arah pembelajaran aktif peserta didik terbuka.[8]
f.    Mengembangkan Kreativitas Peserta Didik
Guru harus memahami bahwa setiap peserta didik memiliki tingkat keragaman yang berbeda satu sama lain. Dalam konteks ini, kegiatan pembelajaran sebaiknya didesain agar masing-masing peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal, dengan menberikan kesempatan dan kebebasan secara konstruktif.[9]  Ini merupakan bagian dari pengembangan kreativitas peserta didik.
g.   Mengembangkan Kemampuan Menggunakan Ilmu dan Teknologi
Agar peserta didik tidak gagap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, guru hendaknya mengaitkan materi yang disampaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Hal ini dapat diciptakan dengan pemberian tugas yang mengharuskan peserta didik berhubungan langsung dengan teknologi.
h.   Menumbuhkan Kesadaran Sebagai Warga Negara yang Baik
Kegiatan pembelajaran ini perlu diciptakan untuk mengasah jiwa nasionalisme peserta didik.  Rasa  cinta kepada tanah air dapat diimplementasikan ke dalam beragam sikap.

i.     Belajar Sepanjang Hayat
Menurut Islam, menuntut ilmu diwajibkan bagi setiap orang, mulai dari ayunan sampai ke liang lahat. Berkaitan dengan ini, guru harus mendorong anak didik untuk belajar sepanjang hayat. [10]
j.     Berpaduan Kompetisi, Kerjasama dan Solidaritas
Kegiatan pembelajaran perlu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan semangat berkompetisi sehat, bekerja sama, dan solidaritas. Untuk itu, kegiatan pembelajaran dapat dirancang dengan strategi diskusi, kunjungan ke tempat-tempat yatim piatu, ataupun pembuatan laporan secara berkelompok.[11]
2.   Prinsip-prinsip Operasional dalam Pembelajaran Inti
Di samping prinsip-prinsip umum, seperti yang sudah dikemukakan, juga terdapat prinsip-prinsip khusus yang bersifat operasional/pelaksanaan, yaitu:
a.    Menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba atau mengumpulkan data (experimenting), mengasosiasi atau menalar (associting), mengkomunikasikan (communicating), dan lain sebagainya;
b.    Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran;
c.    Menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu (discovery learning);
d.   Menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berfikir logis, sistematis, dan kreatif; dan
e.     Mengukur tingkat berfikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi.
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kunci kesuksesan kegiatan pembelajaran terletak di tangan guru.  Dalam kaitan ini, guru sebagai fasilitator,  setidaknya harus memiliki tujuh sikap: 1) tidak berlebihan dalam mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang terbuka; 2) dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya; 3) mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun; 4) lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya perhatian guru terhadap bahan pembelajaran;
Selanjutnya; 5) dapat menerima ”umpan balik” baik yang sifatnya positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri guru dan perilakunya; 6) toleran terhadap kesalahan yang diperbuat anak didik selama proses pembelajaran; dan 7) menghargai prestasi anak didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu, atau sudah memperkirakan terhadap prestasi yang dicapainya.[12]
Dalam kegiatan inti, pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan materi pembelajaran. Kegiatan ini meliputi proses mengamati, menanya, mengumpulkan data/eksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Adapun rinciannya sebagai berikut:
                                 a.   Mengamati
Melalui kegiatan mengamati, peserta didik belajar tentang dunia sekitar yang fantastis. Mereka mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan melibatkan indera penglihat, pembau, pengecap, peraba, dan pendengaran. Informasi yang diperoleh itu, dapat menuntut interpretasi peserta didik tentang lingkungan dan menelitinya lebih lanjut.
Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu serta hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain. Dengan obsevasi, peserta didik mengumpulkan data tentang tanggapan-tanggapan terhadap objek yang diamati.
Melalui kegiatan ini, guru dapat memberikan contoh keterkaitan ataupun penerapan materi pembelajaran dalam kehidupan nyata baik secara lisan, pengamatan langsung maupun menggunakan media pembelajaran seperti tayangan video.
Kegiatan mengamati terkait dengan proses pembelajaran Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik dengan landasan:
1)      Laju perkembangan informasi saat ini, berlangsung sangat cepat, sehingga guru tidak cukup untuk mengajarkan fakta dan konsep dari sumber belajar yang bersifat statis. Untuk itu, peserta didik perlu dibekali dengan keterampilan untuk mencari dan mengolah indormasi sendiri dari berbagai sumber belajar dan media informasi yang bersifat dinamis.
2)      Sains dipandang dari dua dimensi, yaitu dimensi produk dan dimensi proses. Melalui kegiatan ini, peserta didik akan terlatih melakukan keetrampilan proses dalam memperoleh ilmu pengatahuan, bahwa lahirnya sebuah produk ilmu pengetahuan selalu diawali dengan proses. Melalui kegiatan ini proses internalisasi nilai pada materi pembelajaran akan berjalan lebih baik, karena peserta didik menemukan sendiri nilai-nilai tersebut.
                              b.    Menanya
Melalui mengamati, peserta didik akan menemukan informasi-informasi baru yang membangkitkan rasa keingintahuannya yang diwujudkan dengan bertanya. Bertanya merupakan bentuk komunikasi untuk mendalami materi pembelajaran untuk mendapatkan informasi seluas-luasnya dan mencari inti dari materi pembelajaran.
Menanya juga merupakan wujud peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran sekaligus menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran serta indikator keberhasilan pengelolaan instruksional. Masih dalam kerangka saintifik, menanya merupakan proses memperdalam ilmu melalui daur berfikir empirico-logico-verificatio.
Melalui menanya, peserta didik terlatih untuk mengembangkan informasi dan pengetahuan yang didapatnya sekaligus menumbuhkan karakter, kepribadian dan rasa percaya diri.
Menurut Ribowo, B. (2006),  manfaat penting keterampilan bertanya dalam suatu proses belajar mengajar di kelas, yaitu membangkitkan minat dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap suatu pokok bahasan, memusatkan perhatian peserta didik terhadap suatu pokok bahasan atau konsep, mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat peserta didik belajar, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkritisi suatu informasi yang ia dapatkan, mendorong peserta didik mengemukakan pendapatnya dalam diskusi, menguji dan mengukur hasil belajar peserta didik.
Pentingnya peserta didik bertanya di kelas, juga untuk mendorong terjadinya interaksi antar peserta didik, agar lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab terhadap pertanyaan yang diajukan. Dalam hal ini, bertujuan agar menciptakan sistem pembelajaran Student Centered Learning (SCL), yang mengarahkan peserta didik aktif di dalam kelas, sedangkan guru menjadi fasilitator, bukan pemegang kekuasaan penuh di dalam kelas.
Ketrampilan menanya peserta didik, dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti minat, keberanian menanya, dan keingintahuan, sedangkan faktor eksternal misalnya motivasi oleh guru dan suasana belajar.
Untuk menumbuhkan keberanian peserta didik mengajukan pertanyaan, guru:
1)      Mengintensifkan kegiatan mengamati dengan seksama. Melalui pengamatan yang mendalam peserta didik dapat mengaitkan antara bukti-bukti empiris dengan informasi konsep yang diperoleh kemudian pada proses pembelajaran. Hasil kegiatan ini, peserta didik akan menemukan dua hal, yakni kesesuaian atau bahkan kesenjangan. Dua hal inilah yang akan membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik yang diwujudkan dalam aktivitas menanya.
2)      Menciptakan suasana hangat dan antusiasme. Suasana kelas yang hangat akan menimbulkan rasa akrab antara guru dengan peserta didik, sehingga peserta didik merasa nyaman untuk menanya. 
3)      Mempertinggi minat dan keberanian bertanya. Adakalanya peserta didik tidak mau menanya, karena takut salah dan dianggap bodoh. Sebagai ikhtiar  menciptakan keberanian, harus memberikan motivasi bahwa bertanya itu sangat penting sebagai dasar untuk memahami materi pembelajaran. Faktor lain yang lebih penting adalah menanamkan kebiasaan menanya dalam suasana kelas yang nyaman. 
4)      Sekali waktu perlu memberikan reward. Reward atau penghargaan berfungsi sebagai penghargaan, terutama terhadap pertanyaan terbaik dan merangsang peserta didik lainnya untuk membuat pertanyaan yang bermutu dan memancing keberanian menanya. Reward tidak harus dalam bentuk materi, tetapi dapat juga dalam bentuk non materi seperti pujian, penguatan, tepuk tangan, dll.
5)      Memberi kesempatan peserta didik yang tidak pernah atau jarang menanya. Hal ini penting dilakukan, agar keberanian menanya semakin meningkat terutama bagi peserta didik dengan kondisi tersebut, dan untuk menghindari monopoli menanya oleh peserta didik tertentu.
                            c.    Mengumpulkan data/eksplorasi
Kegiatan ini dilakukan untuk melengkapi data-data terkait materi pembelajaran melalui diskusi, identifikasi dan analisis.
Kegiatan eksplorasi guru yang dapat dilakukan adalah:
1)      melibatkan peserta didik dengan menerapkan prinsip alam ambang guru dan belajar dari aneka sumber;
2)      menggunakan berbagai metode dan media pembelajaran serta sumber belajar lain yang relevan;
3)      memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4)      melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
5)      memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio atau lapangan.
                        d.   Mengasosiasi
Mengasosiasikan dapat diartikan sebagai menautkan. Maksudnya adalah menautkan konsep materi pembelajaran dengan kondisi nyata kehidupan sehari-hari. Kebermaknaan pelajaran akan dirasakan peserta didik, ketika ilmu yang dipelajarinya dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap asosiasi inilah, guru mengaitkan konsep-konsep materi dengan kehidupan nyata yang dialami peserta didik, misalnya melalui diskusi, membuat kesimpulan, memberikan contoh, menceritakan kisah kehidupan seseorang yang memuat nilai-nilai yang diajarkan, dsb.
                      e.      Mengkomunikasikan
Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Keterampilan menyampaikan sesuatu secara lisan maupun tulisan termasuk komunikasi. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai penyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara dan visual (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 143).
Terkait dengan kegiatan pembelajaran, mengkomunikasikan dapat dilakukan dengan presentasi, menyampaikan hasil diskusi, membaca peta, tabel, grafik, bagan, lambang-lambang, diagram, demontrasi visual ataupun bermain peran. Tahap ini juga berfungsi sebagai langkah kofirmasi, penegasan atau penguatan materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu:
1)      memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik;
2)      memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan;
3)      memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.
Sementara itu, hal-hal yang dilakukan oleh guru, antara lain:
1)         berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
2)         membantu menyelesaikan masalah;
3)         memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
4)         memberi informasi untuk bereksplorasi lebih lanjut;
5)         memberi motivasi kepada peserta untuk bereksplorasi lebih lanjut.

3.   Strategi Pembelajaran dalam Kegiatan Inti
Strategi pembelajaran merupakan cara yang sistematis dalam mengomunikasikan isi pembelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.[13]  Dalam strategi pembelajaran, ada empat unsur yang perlu diperhatikan, yaitu:
a.    Menetapkan spesifikasi dan kualitas perubahan perilaku dan pribadi peserta didik seperti apa dan bagaimana yang harus dicapai dan menjadi sasaran dari kegiatan pembelajaran itu berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup.
b.   Memilih sistem pendekatan pembelajaran utama yang dipandang paling tepat guna mencapai sasaran sehingga bisa dijadikan pegangan oleh para guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya.
c.    Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknis pembelajaran yang dianggap paling efektif dan efesien buat dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan tugasnya.
d.   Menetapkan norma-norma dan batas minimum keberhasilan atau kreteria dn ukuan keberhasilan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan evaluasi hsil pembelajaran yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik bagi penyempurnaan sistem instruksional secara keseluruhan. [14]
Dalam proses pemilihan, dan kemudian penetapan strategi pembelajaran, hal yang penting yang harus diperhatikan adalah tujuan pembelajaran (Learning Objectives), sebab tujuan pembelajaran merupakan sasaran atau target yang harus dicapai.[15]  Di sisi lain, guru juga harus menyadari bahwa anak didik memiliki gaya belajar yang beragam. Dalam kaitan ini, Riechman mengidentifikasi menjadi enam kategori, yaitu:
a.       Kompetisi, yaitu peserta didik melakukan kompetisi untuk mendapat penghargaan di kelas.
b.      Kolaborasi, yaitu gaya belajar peserta didik yang sangat senang dengan berbagai ide dan kerjasama.
c.       Menghindar, yaitu peserta didik tidak tertarik dalam pembelajaran.
d.      Partisipasi, yaitu peserta didik mengambil tanggung jawab yang banyak di luar aktivitas belajar di kelas.
e.       Dependen, yaitu melihat otoritas sebagai pemegang aturan dan lebih suka diperintah melakukan sesuatu.
f.       Mandiri, seseorang yang senang bekerja sendiri.
Satu hal penting yang harus diperhatikan oleh guru adalah memilih strategi pembelajaran untuk mengaktifkan peserta didik.  Keaktifan partisipasi, yang pada akhirnya akan lebih memaksimalkan penyerapan materi pelajaran.
Ada beragam strategi berkaitan dengan ikhtiar pengaktifan anak didik. Siberman menyebutkan ada 101 macam langkah untuk mengaktifkan anak didik[16]. Berikut beberapa langkah yang dapat dipilih.
 No
Strategi dan Langkah-langkah Aplikatif
Modifikasi
1
Setiap Orang adalah Guru (Everyone is Teacher Here):
·         Bagikan kertas/kartu indeks kepada seluruh siswa dan setiap siswa menulis satu pertanyaan sesuai materi yang dipelajari.
·         Kumpulkan kertas dan dibagikan secara acak kepada semua siswa (pastikan ada yang menerima pertanyaan sendiri).
·         Setiap siswa membaca pertanyaan dan menjawabnya secara bergantian.
·         Siswa lain diberi kesempatan menanggapinya.
·         Guru mengklarifikasi.

2.
Panduan Mengajar (Guided Teaching)
·         Beri beberapa pertanyaan yang mempunyai beberapa alternatif.
·         Memberikan materi pelajaran dan peserta didik mencari jawaban dari materi tersebut.
·         Siswa menyampaikan hasil jawabannya dari pertanyaan yang diberikan.
·         Guru mengklarifikasi.

3.
Saling Tukar Pengetahuan (active knowledge sharing)
·         Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
·         Minta siswa untuk menjawb dengan sebaik-baiknya dan jika tidak dapat menemukan jawabannya maka harus bertanya kepada yang mengetahui dengan berkeliling (tekankan pada siswa untuk saling membantu),
·         Minta kembali ke tempat dududknya kemudian periksalah jawaban mereka sekaligus guru mengklarifikasi.

4.
Mencari Informasi (information search)
·         Berikan pertanyaan kemudian siswa diberi beberapa sumber bacaan.
·         Siswa menjawab pertanyaan dengan tertulis, baik individu/kelompok yang diambil dariberbagai macm sumber bacaan.
·         Beri komentar atas jawaban yang diberikan siswa. Kembangkan jawaban untuk memperluas skop pembelajaran.


5.
Bola Salju (snow balling)
·     Beri masalah, boleh sesuai topik materi yang akan diajarkan.
·     Masing-masing siswa berpikir.
·     Diskusi dengan temn sebelah (berpasangan).
·     Diskusi denga teman bangku lain.
·     Dibagi menjadi dua kelompok besar dan masing-masing kelompok presentasi.
·     Beri komentar sekaligus klarifikasi.

6.
Bangkitkan Minat (inquiring minds want to know)
·         Buat satu pertanyaan tentang materi pembelajaran yang dapat membangkitkan minat untuk mengetahui lebih lanjut/mendiskusikan dengan teman.
·         Beri saran agar peserta didik menjawab apa saja sesuai dengan dugaan mereka (coba perkirakan, kira-kira apa).
·         Jangan beri jawaban secara langsung. Tampung semua dugaan. Biarkan peserta didik bertanya-tanya tentang jawaban yang benar.
·         Gunkan pertanyaan tersebut sebagai panduan untuk mengajarkan apa yang dijarkan kepada peserta didik.  Jangan lupa beri jawaban yang benar (klarifikasi).

7.
Sortir Card (card sort)
·         Setiap peserta didik diberi potongan kertas berisi informasi atau contoh yang tercakup satu atau lebih kategori.
·         Mintalah siswa untukbergerak/berkeliling dalam kelas untuk menemukan kartu dengan kategori yang sama.
·         Peserta didik dengan kategori yang sama mempresentasikan kategori masing-masing di depan kelas,
·         Seiring dengan presentasi dari tiap-tiap kategori tersebut, berikan penjelasan pada poin-poin penting terkait materi pembelajaran.

8.
Mencari Pasangan (index and match)
·         Buat potongan sejumlah kertas dan bagi menjadi dua bagian
·         Separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan, setiap kertas satu pertanyaan.
·         Separuh yang lain tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang dibuat tadi.
·         Kocok semua kertas sehingga akn bercampur antara soal dan jawaban.
·         Tiap peserta didik diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas berpasangan. Separoh dapat pertanyaan dan separoh lainnya memperoleh jawaban.
·         Siswa mencari pasngan mereka. Jik ad yang salah menemukan pasangan, minta agar mereka duduk berdekatan (tidak perlu diberitahukan kepada teman yang lain). Kemudian minta kepada pasangan secara bergantian membacakan dengan keras soal yang diperoleh kepada teman lain, selanjutnya soal tersebut dijawab pasangannya.
·         Akhiri dengan klarifikasi dan menarik kesimpula.

9.
Membaca Keras (reading aloud)
·         Pilih teks (tidk terlalu panjang) yang menarik untuk dibaca dengan keras.
·         Berikan kopian teks jika tidak ada buku. Berilah tanda pada poin-poin penting untuk didiskusikan.
·         Bagi paragraf atu yang lain.
·         Minta beberapa peserta didik untuk membaca bagian-bagian teks yang berbeda.
·         Ketika bacaan sedang berlangsung, berhentilah pada beberapa tempat untuk menekankan arti penting poin-poin tertentu, untuk bertanya, memberi contoh. Beri waktu yang cukup untuk diskusi jika mereka menunjukkan ketertarikan terhadap poin-poin tersebut.
·         Akhiri proses dengan bertanya kepada peserta didik apa yang ada dalam teks.

10.
Belajar Model Jigsaw (jigsaw learning)
·         Pilihlah materi pembelajaran yang dapat dibagimenjadi beberapa segmen (bagian).
·         Tiap kelompok diberi materi untuk dipelajari dan membuat ringkasan materi yang dipelajari.
·         Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang mereka pelajari di kelompoknya.
·         Kembalikan suasana kelas seperti semula, kemudian tanyakn apakah ada masalah yang dipecahkan dalam kelompoknya.
·         Beri pertanyaan kepada peserta didik untuk mengecek pemahaman mereka terhadap apa yang dipelajari.

11.
Debat Aktif (active debate)
·         Ajukan permasalahan yang kontroversial yang berkaitan dengan materi pelajaran.
·         Peserta didik dibagi menjadi dua kelompok (pro dan kontra)
·         Setiap kelompok diminta mengembangkan argumen yang mendukung masing-masing posisi kelompok.
·         Berdebat saling membuat pertanyaan dan tanggapan.
·         Pada saat yang tepat, akhiri debat. Tidak perlu menentukan kelompok mana yang menang.  Buatlah kelas melingkar.  Pastikn kelas terintegrasi dengan meminta mereka duduk berdampingan (pro-kontra). Diskusikan apa yang dipelajari dari pengalaman debat tersebut.  Minta peserta didik untuk mengidentifikasi argumen yang paling baik untuk mereka. 

12.
Kekuatan Dua Kepala (the power of two)
·         Ajukan satu atau dua pertanyaan yang membutuhkan perenungan dan pemikiran.
·         Secara individu peserta didik diminta menjawab pertanyaan tersebut dengan tertulis.
·         Semua memberikan jawabannya. Kelompokkan siswa secara berpasangan.
·         Masing-masing pasangan diminta untuk saling menjelaskan jawaban yang ditulis. Kemudian menyusun jawaban baru yang disepakati.
·         Kemudian membandingkan jawabannya dengan pasangan lain dan perintahkan agar siswa menyusun jawaban baru untuk setiap pertanyaan yang disepakati.
·         Berikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan jawaban yang dirumuskan setelah membandingkan dengan kelompok lain.


Strategi pembelajaran sebagaimana disebutkan, adalah sebagian dari pembelajaran aktif yang dapat dipergunakan guru untuk mengaktifkan peserta didik yang pada gilirannya dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran. Guru diharapkan dapat mengembangkan atau mencari strategi lain yang dipandang lebih tepat. Sebab, pada dasarnya tidak ada strategi yang ideal.  Hal ini tergantung kepada karakteristik materi pembelajaran, dan juga tujuan yang hendak dicapai, guru, sarana prasarana dan kondisi peserta didik.

C.    Kegiatan Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1.   bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran;
2.   melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan;
3.   memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
4.   merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedial atau pengayaan, layanan konseling dan atau memberikan tugas individu maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik,
5.   menyampaikan pembelajaran tahap berikutnya.
6.   Berdoa/mengucap hamdalah.




Flowchart: Multidocument: BAB IV 


EVALUASI DAN PERBAIKAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


A.    Evaluasi Proses Pembelajaran
Evaluasi proses pembelajaran ditujukan untuk menilai aktivitas belajar siswa. Strategi pembelajaran dan media pembelajaran terbaik apa pun yang digunakan dalam pembelajaran, sekiranya tidak menjadikan siswa belajar, maka proses pembelajaran tidak akan dianggap berhasil.
....
B.     Perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini sebagai balikan dari hasil evaluasi proses pembelajaran. Dengan memperhatikan berbagai kekurangan pada komponen pembelajaran, maka akan bisa dilakukan perbaikan terhadap desain pembelajaran dalam wujud rencana pembelajaran.
......

















Flowchart: Multidocument: BAB V 


PENUTUP


mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm



[1] Sutrisno. 2005. Revolusi Pendidikan di Indonesia, Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Ar-Ruzz. Hal. 63
[2] Ibid.
[3] Harnowo. 2001. Mengikat Makna. Bandung: Kaifa. Hal. 160-161

[5] Sutrisno. Op. Cit., Hal.65
[6] Sutrisno. Op. Cit., hal.67-68
[7] Ibid.
[8] Ibid
[9] Ibid
[10] Sutrisno. Op. Cit., hal. 69
[11] Ibid.
[12] Mulyasa. 2006. Kurikulum Yang Disempurnakan, Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal. 76-77
[13] Suparman, Atwi. 2001. Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI, Ditjen Dikti Departemen Pendidikan nasional. Hal. 166
[14] Mansyur. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Ditjen Pembinaan Bagais Universitas Terbuka. Hal. 3
[15] Zaini. et.al., 2002. Desain Pembelajaran Di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan kalijaga. Hal. 96
[16] Siberman. Mel. 2001. Active Learning:1001. Stategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Yappendis.