RENCANA
PELAKSANAAN PEMBALAJARAN
A.
Prinsip-prinsip Penyusunan RPP
1.
Memperhatikan perbedaan individu peserta didik.
RPP disusun dengan memperhatikan
perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat
intelektual, minat, motivasi belajar, bakat,
potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2.
Mendorong partisipasi aktif peserta didik.
Proses pembelajaran
dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif,
inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
3.
Mengembangkan budaya membaca dan
menulis.
Proses
pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,
pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam
berbagai bentuk tulisan.
4.
Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
5.
Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan
keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, penilaian, dan
sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman
belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek
belajar, dan keragaman budaya.
6.
Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan
penerapan teknologi informasi
dan komunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
B. Ruang Lingkup dan Komponen RPP
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap
guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan
RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan
pendidikan.
Komponen RPP adalah:
1. Identitas mata
pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi:
satuan pendidikan, kelas, semester,
program/program keahlian, mata pelajaran
atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
2.
Kompetensi Inti
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diharapkan dicapai pada setiap
kelas dan/atau semester pada suatu
mata pelajaran.
3.
Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
4.
Indikator
pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
5.
Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6.
Materi ajar
Materi
ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7.
Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.
8.
Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
kompetensi dasar atau seperangkat indikator
yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai
pada setiap mata pelajaran.
Pendekatan pembelajaran tematik
digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/M I.
9. Kegiatan pembelajaran
a.
Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal
dalam suatu pertemuan pembelajaran yang
ditujukan untuk membangkitkan
motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran.
b.
Inti
Kegiatan inti merupakan proses
pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan
sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
c.
Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan
dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan
balik, dan tindaklanjut.
10.
Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
11. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
IMPLEMENTASI
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Peserta didik SMK diarahkan untuk menjadi tenaga
terampil yang siap terjun di dunia industri/usaha dalam bidang keahlian
masing-masing. Oleh karena itu, mata diklat yang diajarkan kebanyakan merupakan
mata diklat kejuruan.
Struktur kurikulum SMK 2013 terdiri dari:
1.
Kelompok A (Wajib)
2.
Kelompok B (Wajib)
3.
Kelompok C (Kejuruan), terdiri dari C1 (Dasar Bidang
Keahlian), C2 (Dasar Program Keahlian), dan C3 (Paket Keahlian).
Pada struktur tersebut Pendidikan Agama Islam (PAI)
dan Budi Pekerti terdapat pada Kelompok A (Wajib). Dengan demikian, PAI dan
Budi Pekerti diajarkan di semua kelas/jurusan dengan jumlah jam 3 jam pelajaran
perminggu. Oleh karena itu, tujuan utama pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di
SMK adalah membentuk tenaga kerja terampil yang memiliki pengetahuan,
ketrampilan dan sikap Islami.
Strategi pembelajaran PAI di SMK dilakukan melalui tatap muka, kegiatan
mandiri terstruktur dan mandiri tak terstruktur. Adapun pelaksanaan
pembelajaran terdiri dari 3 (tiga) tahapan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan penutup:
A. Kegiatan
Awal
Kegiatan
awal dalam suatu pertemuan pembelajaran ditujukan untuk membangkitkan motivasi
dan menfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran. Kegiatan
pendahuluan guru, meliputi:
1. menyiapkan
peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran,
2. mengkondisikan
peserta didik tentang apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajarinya dan
apa yang akan didapatkan sebagai hasil belajar yang akan mereka ikuti.
Kegiatan tersebut, dapat diwujudkan
dalam beberapa kegiatan, antara lain: memberi salam, berdoa bersama, tadarus Al
Qur’an, menjelaskan tujuan pembelajaran dan melakukan apersepsi.
B. Kegiatan
Inti
Kegiatan
inti merupakan kegiatan pembelajaran yang juga merupakan komponen penting dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Ada beberapa
hal prinsip dalam Kurikulum 2013 yang harus diperhatikan dalam kegiatan int, yaitu:
1.
Prinsip Umum Pembelajaran dalam Kegiatan Inti
Sebelum melakukan proses pembelajaran, ada
beberapa prinsip pembelajaran yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut
adalah:
a.
Pembelajaran berpusat pada siswa
Pada prinsip ini, siswa dipandang sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial.
Setiap siswa memiliki perbedaan minat (interest), kemampuan (ability),
kesenangan (preference), pengalaman (experience), dan cara belajar (leraning
style). Berkaitan dengan ini, kegiatan
pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat ajar,
dan cara penilaian perlu disesuaikan dengan karakteristik siswa.[1]
Secara umum, cara belajar siswa dapat
dikategorikan menjadi empat, yaitu somatik,
auditif, visual, dan intelektual.
Cara belajar somatik adalah pola
pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek gerak tubuh atau belajar dengan
melakukan. Cara belajar auditif adalah
cara belajar yang lebih menekankan kepada aspek pendengaran. Siswa akan lebih cepat paham jika materi
pelajaran dismpaikan lewat ceramah.
Selanjutnya, cara belajar visual adalah cara belajar yang lebih
menakankan kepada aspek penglihatan. Siswa akan lebih cepat menagkap materi
pelajaran jika disampaikan dengan tulisan atau gambar. Sedangkan cara intelektual adalah cara belajar yang menekankan pada aspek
penalaran melalui logika. Siswa akan lebih mudah memahami materi jika
dirancang dengan menekankan kepada aspek pemecahan masalah.[2]
Aspek lain yang juga perlu memperoleh
perhatian adalah amasalah kecerdasan siswa.
Howard Gardner menemukan apa yang disebut dengan kecerdasan ganda
(multiple intellegence). Beberapa jenis
kecerdasan yang ditemukan Gardner sebagaimana dikutip oleh Harnowo.[3]
Pertama, kecerdasan linguistik
(cerdas kata), yaitu kemampuan untuk menggunakan kata secara efektif dan
efesien, baik lisan maupun tulisa. Kedua, kecerdasan matematis-logis
(cerdas angka), yaitu kemmpuan untuk menggunakan angka dengan baik.
Ketiga, kecerdasan spasial (cerdas ruang), yaitu
kemampuan untuk mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat dan
mentransformasikan persepsi spasial-visual tersebut. Keempat,
kecerdasan kinestetis-jasmani (cerdas fisik), yaitu keahlian menggunakan
seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan. Kelima,
kecerdasan musikal (cerdas irama), yaitu kemampuan menangani bentuk-bentuk
musikal dengan cara mempersepsi, membedakan, menggubah, dan
mengekspresikan.
Keenam,kecerdasan interpersonal (cerdas sosial), yaitu kemampuan mempersepsi dan
membedakan hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain. Ketujuh,
kecerdasan intrapersonal (cerdas diri), yaitu kemampuan untuk memahami diri
sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kedelapan,
kecerdasan naturalis, yaitu keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies,
baik flora maupun fauna, di lingkungan sekitar.[4]
b.
Belajar dengan Melakukan
Melakukan aktivitas adalah bentuk pernyataan
diri. Oleh karena itu, proses
pembelajaran didesain sedemikian rupa yang memberikan keterlibatan peserta
didik secara aktif. Dengan demikian, diharapkan peserta didik akan memperoleh
harga diri dan kegembiraan. Hal ini, selaras dengan hasil penelitian yang
menyebutkan bahwa siswa hanya belajar 10% dari yang dibaca, 20% dari yang
didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari
yang dikatakan, dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan. [5]
c.
Mengembangkan kemampuan sosial
Pembelajaran juga harus diarahkan untuk mengasah
individual peserta didik untuk membangun
hubungan dengan pihak lain. Oleh karena itu, desain pembelajaran harus dikondisikan untuk memungkinkan peserta didik
melakukan interaksi dengan peserta didik lain, guru dan masyarakat.[6]
d.
Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi dan
Fitrah Bertuhan
Rasa ingin tahu (kuriositas) merupakan
landasan bagi pencarian pengetahuan.
Dalam kerangka ini, kuriositas dan imajinasi harus diarahkan kepada
keimanan. Pembelajarn PAI merupakan
pengejawantahan dari fitrah bertuhan manusia. [7]
e.
Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah
Tolok ukur kepandaian peserta didik banyak
ditentukan oleh kemampuannya untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran,
perlu diciptakan situasi yang menantang kepada pemecahan masalah agar peserta
didik peka, sehingga pintu ke arah pembelajaran aktif peserta didik terbuka.[8]
f.
Mengembangkan Kreativitas Peserta Didik
Guru harus memahami bahwa setiap peserta
didik memiliki tingkat keragaman yang berbeda satu sama lain. Dalam konteks
ini, kegiatan pembelajaran sebaiknya didesain agar masing-masing peserta didik
dapat mengembangkan potensinya secara optimal, dengan menberikan kesempatan dan
kebebasan secara konstruktif.[9] Ini merupakan bagian dari pengembangan
kreativitas peserta didik.
g.
Mengembangkan Kemampuan Menggunakan Ilmu dan
Teknologi
Agar peserta didik tidak gagap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, guru hendaknya
mengaitkan materi yang disampaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Hal ini dapat diciptakan
dengan pemberian tugas yang mengharuskan peserta didik berhubungan langsung dengan teknologi.
h.
Menumbuhkan Kesadaran Sebagai Warga Negara
yang Baik
Kegiatan pembelajaran ini perlu diciptakan
untuk mengasah jiwa nasionalisme peserta didik.
Rasa cinta kepada tanah air dapat
diimplementasikan ke dalam beragam sikap.
i.
Belajar Sepanjang Hayat
Menurut Islam, menuntut ilmu diwajibkan bagi
setiap orang, mulai dari ayunan sampai ke liang lahat. Berkaitan dengan ini,
guru harus mendorong anak didik untuk belajar sepanjang hayat. [10]
j.
Berpaduan Kompetisi, Kerjasama dan
Solidaritas
Kegiatan pembelajaran perlu memberikan
kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan
semangat berkompetisi sehat, bekerja sama, dan solidaritas. Untuk itu, kegiatan
pembelajaran dapat dirancang dengan strategi diskusi, kunjungan ke
tempat-tempat yatim piatu, ataupun pembuatan laporan secara berkelompok.[11]
2.
Prinsip-prinsip Operasional dalam Pembelajaran Inti
Di samping prinsip-prinsip umum, seperti yang sudah dikemukakan, juga terdapat prinsip-prinsip khusus yang bersifat
operasional/pelaksanaan, yaitu:
a. Menggunakan pendekatan
saintifik melalui mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba atau mengumpulkan data
(experimenting), mengasosiasi atau menalar (associting),
mengkomunikasikan (communicating), dan lain sebagainya;
b. Menggunakan ilmu
pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran;
c. Menuntun siswa
untuk mencari tahu, bukan diberi tahu (discovery learning);
d. Menekankan
kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berfikir
logis, sistematis, dan kreatif; dan
e. Mengukur tingkat
berfikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi.
Kegiatan inti
merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kunci kesuksesan kegiatan pembelajaran
terletak di tangan guru. Dalam kaitan
ini, guru sebagai fasilitator,
setidaknya harus memiliki tujuh sikap: 1) tidak berlebihan dalam
mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang terbuka; 2) dapat lebih
mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya; 3) mau
dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan yang
sulit sekalipun; 4) lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan
peserta didik seperti halnya perhatian guru terhadap bahan pembelajaran;
Selanjutnya; 5) dapat menerima ”umpan balik”
baik yang sifatnya positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan
yang konstruktif terhadap diri guru dan perilakunya; 6) toleran terhadap
kesalahan yang diperbuat anak didik selama proses pembelajaran; dan 7)
menghargai prestasi anak didik, meskipun biasanya mereka sudah
tahu, atau sudah memperkirakan terhadap prestasi yang dicapainya.[12]
Dalam kegiatan
inti,
pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan materi pembelajaran. Kegiatan ini meliputi
proses mengamati, menanya, mengumpulkan data/eksplorasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan. Adapun
rinciannya sebagai berikut:
a. Mengamati
Melalui kegiatan mengamati, peserta didik belajar tentang dunia sekitar yang fantastis. Mereka
mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan melibatkan indera penglihat,
pembau, pengecap, peraba, dan pendengaran. Informasi yang diperoleh itu, dapat
menuntut interpretasi peserta didik
tentang lingkungan dan menelitinya lebih lanjut.
Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam
proses dan memperoleh ilmu serta hal terpenting untuk mengembangkan
keterampilan proses yang lain. Dengan obsevasi, peserta didik mengumpulkan data tentang tanggapan-tanggapan terhadap objek
yang diamati.
Melalui kegiatan ini, guru dapat memberikan contoh
keterkaitan ataupun penerapan materi pembelajaran dalam kehidupan nyata baik
secara lisan, pengamatan langsung maupun menggunakan media pembelajaran seperti
tayangan video.
Kegiatan
mengamati terkait dengan proses pembelajaran Kurikulum 2013 yang menggunakan
pendekatan saintifik dengan landasan:
1) Laju
perkembangan informasi saat ini,
berlangsung sangat cepat,
sehingga guru tidak cukup untuk mengajarkan fakta dan konsep dari sumber
belajar yang bersifat statis. Untuk itu, peserta didik perlu dibekali
dengan keterampilan
untuk mencari dan mengolah indormasi sendiri dari berbagai sumber belajar dan
media informasi yang bersifat dinamis.
2)
Sains dipandang dari dua dimensi,
yaitu dimensi produk dan dimensi proses. Melalui kegiatan ini, peserta didik
akan terlatih melakukan keetrampilan proses dalam memperoleh ilmu pengatahuan,
bahwa lahirnya sebuah produk ilmu pengetahuan selalu diawali dengan proses.
Melalui kegiatan ini proses internalisasi nilai pada materi pembelajaran akan
berjalan lebih baik,
karena peserta didik menemukan sendiri nilai-nilai tersebut.
b. Menanya
Melalui
mengamati,
peserta didik akan menemukan informasi-informasi baru yang membangkitkan rasa
keingintahuannya yang diwujudkan dengan bertanya. Bertanya merupakan bentuk
komunikasi untuk mendalami materi pembelajaran untuk mendapatkan informasi
seluas-luasnya dan mencari inti dari materi pembelajaran.
Menanya juga
merupakan wujud peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran sekaligus
menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran serta indikator keberhasilan
pengelolaan instruksional. Masih dalam kerangka saintifik, menanya merupakan
proses memperdalam ilmu melalui daur berfikir empirico-logico-verificatio.
Melalui menanya, peserta didik terlatih untuk
mengembangkan informasi dan pengetahuan yang didapatnya sekaligus menumbuhkan
karakter, kepribadian dan rasa percaya diri.
Menurut
Ribowo, B. (2006), manfaat penting
keterampilan bertanya dalam suatu proses belajar mengajar di kelas, yaitu
membangkitkan minat dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap suatu pokok bahasan, memusatkan perhatian peserta didik terhadap suatu pokok bahasan atau konsep, mendiagnosis
kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat peserta didik belajar, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkritisi suatu informasi yang ia dapatkan,
mendorong peserta
didik mengemukakan pendapatnya dalam diskusi, menguji dan mengukur
hasil belajar peserta didik.
Pentingnya
peserta
didik bertanya di kelas, juga untuk
mendorong terjadinya interaksi antar peserta didik, agar
lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab terhadap pertanyaan
yang diajukan. Dalam hal ini, bertujuan agar
menciptakan sistem pembelajaran Student Centered Learning (SCL),
yang
mengarahkan peserta didik aktif di dalam kelas,
sedangkan guru menjadi fasilitator, bukan pemegang kekuasaan penuh di dalam kelas.
Ketrampilan
menanya peserta didik,
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti minat,
keberanian menanya, dan keingintahuan, sedangkan faktor eksternal misalnya
motivasi oleh guru dan suasana belajar.
Untuk
menumbuhkan keberanian peserta didik mengajukan pertanyaan, guru:
1) Mengintensifkan
kegiatan mengamati dengan seksama. Melalui pengamatan yang mendalam peserta
didik dapat mengaitkan antara bukti-bukti empiris dengan informasi konsep yang
diperoleh kemudian pada proses pembelajaran. Hasil kegiatan ini, peserta didik akan menemukan dua
hal, yakni kesesuaian atau bahkan kesenjangan. Dua hal inilah yang akan
membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik yang diwujudkan dalam aktivitas
menanya.
2) Menciptakan
suasana hangat dan antusiasme. Suasana kelas yang hangat akan menimbulkan rasa
akrab antara guru dengan peserta didik,
sehingga peserta didik merasa nyaman untuk menanya.
3) Mempertinggi
minat dan keberanian bertanya. Adakalanya peserta didik tidak mau menanya, karena takut salah dan dianggap
bodoh. Sebagai ikhtiar menciptakan keberanian, harus memberikan motivasi bahwa
bertanya itu sangat penting sebagai dasar untuk memahami materi pembelajaran. Faktor lain yang lebih penting
adalah menanamkan kebiasaan menanya dalam suasana kelas yang nyaman.
4) Sekali
waktu perlu memberikan reward. Reward
atau penghargaan berfungsi sebagai penghargaan, terutama terhadap pertanyaan
terbaik dan merangsang peserta didik lainnya untuk membuat pertanyaan yang bermutu
dan memancing keberanian menanya. Reward tidak harus dalam bentuk materi,
tetapi dapat juga dalam bentuk non materi seperti pujian, penguatan, tepuk
tangan, dll.
5)
Memberi
kesempatan peserta didik yang tidak pernah atau jarang menanya. Hal ini penting dilakukan,
agar keberanian menanya semakin meningkat terutama bagi peserta didik dengan
kondisi tersebut,
dan untuk menghindari monopoli menanya oleh peserta didik tertentu.
c. Mengumpulkan
data/eksplorasi
Kegiatan
ini dilakukan untuk melengkapi data-data terkait materi pembelajaran melalui
diskusi, identifikasi dan analisis.
Kegiatan
eksplorasi guru yang dapat dilakukan adalah:
1) melibatkan
peserta didik dengan menerapkan prinsip alam ambang guru dan belajar dari aneka
sumber;
2) menggunakan
berbagai metode dan media pembelajaran serta sumber belajar lain yang relevan;
3) memfasilitasi
terjadinya interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4) melibatkan
peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
5)
memfasilitasi
peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio atau lapangan.
d. Mengasosiasi
Mengasosiasikan
dapat diartikan sebagai menautkan.
Maksudnya adalah menautkan konsep materi pembelajaran
dengan kondisi nyata kehidupan sehari-hari. Kebermaknaan pelajaran akan
dirasakan peserta didik,
ketika ilmu yang dipelajarinya dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada tahap asosiasi inilah, guru mengaitkan konsep-konsep materi dengan
kehidupan nyata yang dialami peserta didik, misalnya melalui diskusi, membuat
kesimpulan, memberikan contoh, menceritakan kisah kehidupan seseorang yang
memuat nilai-nilai yang diajarkan, dsb.
e.
Mengkomunikasikan
Manusia
mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk
memecahkan masalah. Keterampilan menyampaikan sesuatu secara lisan maupun
tulisan termasuk komunikasi. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai
penyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam
bentuk suara, visual, atau suara dan visual (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 143).
Terkait dengan kegiatan pembelajaran,
mengkomunikasikan dapat dilakukan dengan presentasi, menyampaikan hasil diskusi,
membaca peta, tabel, grafik, bagan,
lambang-lambang, diagram, demontrasi visual ataupun bermain peran. Tahap
ini juga berfungsi sebagai langkah kofirmasi, penegasan atau penguatan materi
pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu:
1)
memberikan umpan
balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah
terhadap keberhasilan peserta didik;
2)
memfasilitasi
peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah
dilakukan;
3) memfasilitasi
peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar.
Sementara itu, hal-hal yang dilakukan oleh guru, antara lain:
1)
berfungsi
sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang
menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
2)
membantu
menyelesaikan masalah;
3)
memberi acuan
agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
4)
memberi
informasi untuk bereksplorasi lebih lanjut;
5)
memberi motivasi
kepada peserta untuk bereksplorasi lebih lanjut.
3. Strategi Pembelajaran dalam Kegiatan Inti
Strategi pembelajaran merupakan cara yang
sistematis dalam mengomunikasikan isi pembelajaran kepada peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.[13] Dalam strategi pembelajaran, ada empat unsur yang perlu diperhatikan,
yaitu:
a.
Menetapkan spesifikasi dan kualitas perubahan
perilaku dan pribadi peserta didik seperti apa dan bagaimana yang harus dicapai
dan menjadi sasaran dari kegiatan pembelajaran itu berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup.
b.
Memilih sistem pendekatan pembelajaran utama
yang dipandang paling tepat guna mencapai sasaran sehingga bisa dijadikan
pegangan oleh para guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya.
c.
Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan
teknis pembelajaran yang dianggap paling efektif dan efesien buat dijadikan
pegangan guru dalam melaksanakan tugasnya.
d. Menetapkan
norma-norma dan batas minimum keberhasilan atau kreteria dn ukuan keberhasilan
sebagai pedoman guru dalam melaksanakan evaluasi hsil pembelajaran yang
selanjutnya akan dijadikan umpan balik bagi penyempurnaan sistem instruksional
secara keseluruhan. [14]
Dalam proses pemilihan, dan kemudian
penetapan strategi pembelajaran, hal yang penting yang harus diperhatikan
adalah tujuan pembelajaran (Learning Objectives), sebab tujuan pembelajaran
merupakan sasaran atau target yang harus dicapai.[15] Di sisi lain, guru juga harus menyadari bahwa
anak didik memiliki gaya belajar yang beragam. Dalam kaitan ini, Riechman
mengidentifikasi menjadi enam kategori, yaitu:
a.
Kompetisi, yaitu peserta didik melakukan kompetisi
untuk mendapat penghargaan di kelas.
b.
Kolaborasi, yaitu gaya belajar peserta didik yang sangat senang dengan berbagai ide dan kerjasama.
c.
Menghindar, yaitu peserta didik tidak
tertarik dalam pembelajaran.
d.
Partisipasi, yaitu peserta didik mengambil tanggung
jawab yang banyak di luar aktivitas belajar di kelas.
e.
Dependen, yaitu melihat otoritas sebagai pemegang
aturan dan lebih suka diperintah melakukan sesuatu.
f.
Mandiri, seseorang yang senang bekerja sendiri.
Satu
hal penting yang harus diperhatikan oleh guru adalah memilih strategi
pembelajaran untuk mengaktifkan peserta didik.
Keaktifan partisipasi, yang pada akhirnya akan lebih memaksimalkan
penyerapan materi pelajaran.
Ada
beragam strategi berkaitan dengan ikhtiar pengaktifan anak didik. Siberman
menyebutkan ada 101 macam langkah untuk mengaktifkan anak didik[16]. Berikut beberapa langkah yang dapat dipilih.
No
|
Strategi dan
Langkah-langkah Aplikatif
|
Modifikasi
|
1
|
Setiap Orang adalah Guru (Everyone
is Teacher Here):
·
Bagikan kertas/kartu indeks kepada
seluruh siswa dan setiap siswa menulis satu pertanyaan sesuai materi yang
dipelajari.
·
Kumpulkan kertas dan dibagikan secara
acak kepada semua siswa (pastikan ada yang menerima pertanyaan sendiri).
·
Setiap siswa membaca pertanyaan dan
menjawabnya secara bergantian.
·
Siswa lain diberi kesempatan
menanggapinya.
·
Guru mengklarifikasi.
|
|
2.
|
Panduan Mengajar (Guided Teaching)
·
Beri beberapa pertanyaan yang
mempunyai beberapa alternatif.
·
Memberikan materi pelajaran dan
peserta didik mencari jawaban dari materi tersebut.
·
Siswa menyampaikan hasil jawabannya
dari pertanyaan yang diberikan.
·
Guru mengklarifikasi.
|
|
3.
|
Saling Tukar Pengetahuan (active
knowledge sharing)
·
Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
·
Minta siswa untuk menjawb dengan
sebaik-baiknya dan jika tidak dapat menemukan jawabannya maka harus bertanya
kepada yang mengetahui dengan berkeliling (tekankan pada siswa untuk saling
membantu),
·
Minta kembali ke tempat dududknya
kemudian periksalah jawaban mereka sekaligus guru mengklarifikasi.
|
|
4.
|
Mencari Informasi (information search)
·
Berikan pertanyaan kemudian siswa
diberi beberapa sumber bacaan.
·
Siswa menjawab pertanyaan dengan
tertulis, baik individu/kelompok yang diambil dariberbagai macm sumber
bacaan.
·
Beri komentar atas jawaban yang
diberikan siswa. Kembangkan jawaban untuk memperluas skop pembelajaran.
|
|
5.
|
Bola Salju (snow balling)
·
Beri masalah, boleh sesuai topik
materi yang akan diajarkan.
·
Masing-masing siswa berpikir.
·
Diskusi dengan temn sebelah
(berpasangan).
·
Diskusi denga teman bangku lain.
·
Dibagi menjadi dua kelompok besar dan
masing-masing kelompok presentasi.
·
Beri komentar sekaligus klarifikasi.
|
|
6.
|
Bangkitkan Minat (inquiring minds want
to know)
·
Buat satu pertanyaan tentang materi
pembelajaran yang dapat membangkitkan minat untuk mengetahui lebih
lanjut/mendiskusikan dengan teman.
·
Beri saran agar peserta didik menjawab
apa saja sesuai dengan dugaan mereka (coba perkirakan, kira-kira apa).
·
Jangan beri jawaban secara langsung.
Tampung semua dugaan. Biarkan peserta didik bertanya-tanya tentang jawaban
yang benar.
·
Gunkan pertanyaan tersebut sebagai
panduan untuk mengajarkan apa yang dijarkan kepada peserta didik. Jangan lupa beri jawaban yang benar
(klarifikasi).
|
|
7.
|
Sortir Card (card sort)
·
Setiap peserta didik diberi potongan
kertas berisi informasi atau contoh yang tercakup satu atau lebih kategori.
·
Mintalah siswa
untukbergerak/berkeliling dalam kelas untuk menemukan kartu dengan kategori
yang sama.
·
Peserta didik dengan kategori yang
sama mempresentasikan kategori masing-masing di depan kelas,
·
Seiring dengan presentasi dari
tiap-tiap kategori tersebut, berikan penjelasan pada poin-poin penting
terkait materi pembelajaran.
|
|
8.
|
Mencari Pasangan (index and match)
·
Buat potongan sejumlah kertas dan bagi
menjadi dua bagian
·
Separuh bagian, tulis pertanyaan
tentang materi yang akan diajarkan, setiap kertas satu pertanyaan.
·
Separuh yang lain tulis jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang dibuat tadi.
·
Kocok semua kertas sehingga akn
bercampur antara soal dan jawaban.
·
Tiap peserta didik diberi satu kertas.
Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas berpasangan. Separoh dapat pertanyaan dan
separoh lainnya memperoleh jawaban.
·
Siswa mencari pasngan mereka. Jik ad
yang salah menemukan pasangan, minta agar mereka duduk berdekatan (tidak
perlu diberitahukan kepada teman yang lain). Kemudian minta kepada pasangan secara
bergantian membacakan dengan keras soal yang diperoleh kepada teman lain,
selanjutnya soal tersebut dijawab pasangannya.
·
Akhiri dengan klarifikasi dan menarik
kesimpula.
|
|
9.
|
Membaca Keras (reading aloud)
·
Pilih teks
(tidk terlalu panjang) yang menarik untuk dibaca dengan keras.
·
Berikan
kopian teks jika tidak ada buku. Berilah tanda pada poin-poin penting untuk
didiskusikan.
·
Bagi
paragraf atu yang lain.
·
Minta
beberapa peserta didik untuk membaca bagian-bagian teks yang berbeda.
·
Ketika
bacaan sedang berlangsung, berhentilah pada beberapa tempat untuk menekankan
arti penting poin-poin tertentu, untuk bertanya, memberi contoh. Beri waktu
yang cukup untuk diskusi jika mereka menunjukkan ketertarikan terhadap
poin-poin tersebut.
·
Akhiri
proses dengan bertanya kepada peserta didik apa yang ada dalam teks.
|
|
10.
|
Belajar Model Jigsaw (jigsaw learning)
·
Pilihlah
materi pembelajaran yang dapat dibagimenjadi beberapa segmen (bagian).
·
Tiap
kelompok diberi materi untuk dipelajari dan membuat ringkasan materi yang
dipelajari.
·
Setiap
kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang
mereka pelajari di kelompoknya.
·
Kembalikan
suasana kelas seperti semula, kemudian tanyakn apakah ada masalah yang
dipecahkan dalam kelompoknya.
·
Beri
pertanyaan kepada peserta didik untuk mengecek pemahaman mereka terhadap apa
yang dipelajari.
|
|
11.
|
Debat Aktif (active debate)
·
Ajukan permasalahan yang kontroversial
yang berkaitan dengan materi pelajaran.
·
Peserta didik dibagi menjadi dua
kelompok (pro dan kontra)
·
Setiap kelompok diminta mengembangkan
argumen yang mendukung masing-masing posisi kelompok.
·
Berdebat saling membuat pertanyaan dan
tanggapan.
·
Pada saat yang tepat, akhiri debat.
Tidak perlu menentukan kelompok mana yang menang. Buatlah kelas melingkar. Pastikn kelas terintegrasi dengan meminta
mereka duduk berdampingan (pro-kontra). Diskusikan apa yang dipelajari dari
pengalaman debat tersebut. Minta
peserta didik untuk mengidentifikasi argumen yang paling baik untuk mereka.
|
|
12.
|
Kekuatan Dua Kepala (the power of
two)
·
Ajukan satu atau dua pertanyaan yang
membutuhkan perenungan dan pemikiran.
·
Secara individu peserta didik diminta
menjawab pertanyaan tersebut dengan tertulis.
·
Semua memberikan jawabannya.
Kelompokkan siswa secara berpasangan.
·
Masing-masing pasangan diminta untuk
saling menjelaskan jawaban yang ditulis. Kemudian menyusun jawaban baru yang
disepakati.
·
Kemudian membandingkan jawabannya
dengan pasangan lain dan perintahkan agar siswa menyusun jawaban baru untuk
setiap pertanyaan yang disepakati.
·
Berikan kesempatan kepada siswa untuk
mempresentasikan jawaban yang dirumuskan setelah membandingkan dengan
kelompok lain.
|
Strategi pembelajaran sebagaimana disebutkan, adalah
sebagian dari pembelajaran aktif yang dapat dipergunakan guru untuk
mengaktifkan peserta didik yang pada gilirannya dapat meningkatkan efektifitas
pembelajaran. Guru diharapkan dapat mengembangkan atau mencari strategi lain
yang dipandang lebih tepat. Sebab, pada dasarnya tidak ada strategi yang
ideal. Hal ini tergantung kepada karakteristik
materi pembelajaran, dan juga tujuan yang hendak dicapai, guru, sarana
prasarana dan kondisi peserta didik.
C. Kegiatan Penutup
Penutup
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang
dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. bersama-sama
dengan peserta didik dan atau sendiri membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran;
2. melakukan
penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan;
3. memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
4. merencanakan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedial atau pengayaan,
layanan konseling dan atau memberikan tugas individu maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar peserta didik,
5. menyampaikan
pembelajaran tahap berikutnya.
6. Berdoa/mengucap
hamdalah.
EVALUASI DAN PERBAIKAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A. Evaluasi Proses Pembelajaran
Evaluasi proses pembelajaran ditujukan untuk menilai aktivitas
belajar siswa. Strategi pembelajaran dan media pembelajaran terbaik apa pun
yang digunakan dalam pembelajaran, sekiranya tidak menjadikan siswa belajar,
maka proses pembelajaran tidak akan dianggap berhasil.
....
B. Perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dilakukan secara
berkelanjutan. Hal ini sebagai balikan dari hasil evaluasi proses pembelajaran.
Dengan memperhatikan berbagai kekurangan pada komponen pembelajaran, maka akan
bisa dilakukan perbaikan terhadap desain pembelajaran dalam wujud rencana
pembelajaran.
......
PENUTUP
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
[1] Sutrisno. 2005. Revolusi Pendidikan di
Indonesia, Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz. Hal. 63
[3] Harnowo. 2001. Mengikat Makna. Bandung:
Kaifa. Hal. 160-161
[5] Sutrisno. Op. Cit., Hal.65
[8] Ibid
[11] Ibid.
[12] Mulyasa. 2006. Kurikulum
Yang Disempurnakan, Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal. 76-77
[13] Suparman, Atwi. 2001. Desain
Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI, Ditjen Dikti Departemen Pendidikan nasional.
Hal. 166
[14] Mansyur. 1991. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Ditjen Pembinaan Bagais Universitas Terbuka. Hal. 3
[15] Zaini. et.al., 2002. Desain Pembelajaran Di
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan kalijaga. Hal. 96